ini semua kisah teman2,,, ini cerita mereka di beranda FB ku hari ini...
26 Desember 2011,,teringat kembali suatu kejadian tsunami yg melanda aceh 12 desember 2004,,7 tahun sudah waktu itu berlalu tp smpai detik ini msh sj membekas akan kejadian itu, buat orng yg telah tiada "Nyanyak n Teuku Cut"dimana pun berada"Cutbang akan mendoakan,menyayangi,mencintai n merindukan selalu walaupun tdk pernah bisa lagi untuk berjumpa___
Dimanapun ia kini yaa Allah, berikanlah selalu kebahagiaan hidup untuknya. Aamiin yaa Rabbal alamin.. (Unt adindaku, dekEja)
Molly
Aku tidak akan lupa punya sahabat seperti mu
7 taon drimu tlah meninggalkan kami Ɣğ tlah dekat dgn mu sbg kluarga.
Bencana Ɣğ merenggut nyawa mu tidak akan bs m'hapus kenangan qt bersama2.
Tenang & damai kau telah mendahului kami.
Sahabat mu اِنْ شَآ ءَ اللَّهُ sllu mgirim do'ά untuk mu sllu.
Mizz u aLL....7 Years Ago "TSUNAMI ATJEH".....:(
Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Syuhada' (orang-orang yang mati syahid) ada lima. Wafat karena wabah, wafat karena penyakit di perut, wafat karena tenggelam, wafat karena tertindih/ tertimpa bangunan, wafat karena perang di jalan Allah. (HR Bukhari dan Muslim)
26 desember 2004
26 desember 2011
Mengenang 7 tahun tsunami Aceh.
Di balik cobaan/ujian ALLAH, انشـــــاءَ اللّهُ ª∂a̲̅ hikmah nya..
Teringat kembali kejadian 7thn silam,di pagi yg cerah nan suram saat tsunami memporak porandakan Aceh yg membawa saudara2ku pergi dan tak kan pernah kembali... Semoga mereka selalu mendapatkan tempat yg damai di sisi Mu Ya Allah!!!
dear all my frenzzz who lost their family in tsunami 7 years ago, please always pray 4 them,. N make it to be a positive way to enhance ur habit in the future.. Keep Strong in ur life.. Esp for my family(lampulo' s family), my best frens kvirna n bang mulyagus n all the people..
Kepada mereka yg sdh pergi hari ini tujuh tahun lalu, hanya yg baik-2 saja yg mesti kita kenang, kita doakan semoga mereka mendpt syurga jannah. Akan halnya kita yg masih diberi kesempatan utk hidup, mari kita jalani kehidupan sbg mana mereka dulu menginginkan kita menjalaninya; menjadi ayah ibu, suami istri, anak cucu, tetangga yg baik, tdk hidup dg mimpi buruk masa lalu, tak perlu mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi ke dalam perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, air mata ke dalam kelopak mata. Kita mesti hidup utk masa depan! Jangan mengabaikan masa depan karena sibuk mengurus masa lalu.
Hari ini Peringatan 7 Tahun Tsunami Aceh .. Gw bingung harus gimana karena gw ga ngerasain .. Gw berdoa aja semoga Aceh jadi lebih baik!!
Mengenang Tsunami Terima Kasih Kawan! Senin, 26 Desember 2011 15:43 WIB Terima Kasih
Kawan ! MINGGU pagi, 26 Desember 2004 tujuh tahun yang lalu masih
begitu segar dalam ingatan
semua orang termasuk saya.
Kala itu saya masih duduk di
semester empat FKIP Unsyiah.
Untuk mahasiswa tentunya hari Minggu merupakan hari
bebas tugas belajar. Setelah shalat Shubuh, saya
bergegas menuju tempat tidur
untuk kembali merebahkan
tubuh karena masih merasa
mengantuk. Tetapi beberapa
saat kemudian rasa kantuk itu hilang secara tiba-tiba,
kemudian saya mencoba
menghidupkan salah satu
saluran radio yang bernuansa
lagu-lagu aneuk nangroe
sembari mengharap bisa memecamkan mata kembali
dengan melewati senja dipagi
yang cerah itu. Namun rasa
kantuk itu juga tidak datang
untuk kesekian kalinya. Hanyut dengan simponi lagu-
lagu aneuk nanggroe, tiba-tiba
ranjang saya bergoyang dan
lampu penerang kamar
berayun dengan sendirinya dan
spontan saya berteriak….gempa….gempa…….dengan
reflek teman saya yang
sekamar terbangun dan kami
berlari keluar rumah
menyelamatkan diri. Gempa terus bergoyang dan
berayun tanpa arah, kami
duduk beralaskan tanah
dengan tidak berhentinya
mengucapakan Asma Allah.
Tiba-tiba seorang tetangga berteriak untuk menjauh dari
depan kos karena ada pohon
mangga besar yang
dikhawatirkan akan tumbang
ke arah kami karena kerasnya
goyangan gempa. Tanpa dikomandoi oleh teman-teman
yang lain kami berlari ke
lapangan, yang kebetulan tidak
jauh dari rumah kos kami yang
beralamat Di Desa Tanjung
selamat No. 13 Darussalam. Kami sekosan semuanya
berasal dari berbagai daerah,
Saya sendiri berasal dari Idi
Rayeuk Aceh Timur, Fahri
berasal dari Panga Aceh Jaya
terakhir bekerja di KUA Aceh Jaya, Juhri dan Mujahiddin
berasal dari Bambi Sigli, Hilmi
Wilminar berasal dari Panton
Labu Labu terakhir menjadi
salah satu guru SMA di Aceh
Utara, Syaubari berasal Tijue Sigli, Memet Rijal berasal dari
Tangse Sigli terakhir bekerja Di
Kantor Gubernur Aceh,
Jafaruddin berasal dari
Meureudu terakhir menjadi
pengusaha muda sukses di daerah tinggalnya dan Alm.
Reza Sadri Hs
(Allahummaghfirlahum
warhamhum wa’afihim
wa’fuanhum) berasal dari
Lueng Putu Pidie Jaya terakhir berada di Lam Pulo saat terjadi
tsunami. Setelah gempa berhenti, saya
dan teman-teman yang lain
merasakan pening dan berayun
dalam perjalanan menuju
kemabli ketempat kost, di
teras rumah saya dan teman- teman beristirahat sejenak dan
belum berani memasuki rumah
karena gempa sesekali masih
terjadi. Beberapa saat saya berada di
luar rumah, tiba-tiba jalan di
depan rumah saya berlarian
orang-orang dengan
meneriakan ie laot ka di ek……
ie laot ka di ek!……muncul dalam pikiran saya hal yang
tidak mungkin terjadi dan
belum pernah saya dengar
sebelumnya. Dengan cepat
saya dan teman lainya masuk
kedalam rumah untuk mengambil barang-barang
yang bisa diselamatkan, dalam
keadaan yang panik sempat
terlintas dalam pikiran untuk
hanya menyelamatkan ijazah
saya dari SD, SMP dan SMA yang saya simpan dalan satu bundel. Saya dan teman yang lainnya
secepat kilat berlarian dengan
menyelamatkan diri ke Masjid
Jami Kampus Darussalam
dengan berpesan ke teman
yang satu ke teman yang lainnya agar berhati-hati dan
kalau sudah sampai di Masjid
untuk bisa berkumpul kembali
bersama teman-teman kos. Di dalam pelarian menuju ke
masjid, saya sempat melirik
kekiri dan kekanan melihat
orang-orang menangis baik itu
wanita, anak-anak, dan bayi
dalam gendongan Ibunya, terbesit dalam pikiran saya
inilah hari terakhir dunia ini. Di Masjid Kampus Darusslam
suara Yassin menggema dan
asma Allah membahana
melalui microfon membuat hati
saya menciut dan akhirnya
meneteskan air mata bersama masyarakat lainya yang
berkumpul di masjid tersebut,
dengan masih berspekulasi
bahwa inilah hari terakhir
dunia ini. Sekitar jam 09:00 pagi, saya
mulai mencari teman yang
lainya si sekeliling masjid dan
Alhamdulillah Kami berkumpul
kembali si areal seputaran
masjid dengan perasaan saling mengkhawatirkan dan
mencemaskan keluarga
masing-masing di kampung
halaman. Saya dan teman
yang lainya pada saat itu bagai
satu keluarga dengan saling memperingati, menjaga dan
melindungi antara satu sama
lain agar tidak terpisah,
diantara teman yang lainya
saya, Fahri dan Mujahidin yang
muda sementara yang lainnya lebih tua dari kami. Setelah beberapa saat kami
berkumpul, beberapa teman
yang lainya mencarikan
makanan, kebetulan saya dan
lainnya belum sarapan pagi.
Sekembali mereka dibawakan beberapa bungkus Mi Instan
dengan satu botol air mineral,
mulailah saya dan teman
lainya menyantap Mi Instan
Mentah dengan cara menggilir
setiap perbungkus begitu juga denga air mineral, kami bagi
beberapa teguk untuk setiap
orang. Nah, di sinilah muncul
lagi kekeluargaan itu dengan
ikatan emosional yang sangat
tinggi antara satu sama lain dan kenangan itu masih begitu
berbekas dalam memori
ingatan saya. Jam telah menunjukan pukul
10:00, orang-orang mulai
mengusung jenasah korban-
korban tsunami kepekarangan
mesjid dan Perpustakaan
Unsyiah, dalam benak saya, bagaimana sebenarnya air laut
itu naik kedarat bisa
mematikan manusia. Pada saat
itu saya belum memiliki
gambaran mengenai
dahsyatnya air bah yang hitam pekat itu. Mayat-mayat terus bertambah
di sekeliling masjid sampai
dengan sore hari, saya melihat
tim SAR begitu sibuk saat itu. Saya dan teman lainya
menginap semalam di masjid
kampus dengan berharap
besok bisa melihat mentari
pagi. Tepatnya Senin pagi kala
itu, Saya dan teman lainya akan kembali ke kampung
halaman masing-masing.
Walaupun transportasi saat itu
masih lumpuh. Akhirnya saya
dan teman lainya berpisah
dengan penuh keharuan dan di akhir pertemuan tersebut
untuk saling mengabari bila
sudah di kampung halaman
masing-masing. Terima kasih
teman-teman. Bandung, 26 Desember 2011
Juanda, Mahasiswa
Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia,
Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please... komentarnya dikit dunk..^_^ thanx..