Senin, 26 Desember 2011

7 Thn Aceh Lon Sayang











ini semua kisah teman2,,, ini cerita mereka di beranda FB ku hari ini... 





26 Desember 2011,,teringat kembali suatu kejadian tsunami yg melanda aceh 12 desember 2004,,7 tahun sudah waktu itu berlalu tp smpai detik ini msh sj membekas akan kejadian itu, buat orng yg telah tiada "Nyanyak n Teuku Cut"dimana pun berada"Cutbang akan mendoakan,menyayangi,mencintai n merindukan selalu walaupun tdk pernah bisa lagi untuk berjumpa___
 

Dimanapun ia kini yaa Allah, berikanlah selalu kebahagiaan hidup untuknya. Aamiin yaa Rabbal alamin.. (Unt adindaku, dekEja)

  • Keingat,7 taon lalu rame2 pada berani manjat n jalan di atas atap rumah...menuju rumah ibu kost yg lebih tinggi...makan nasi n lauk sisa semalam yg tak seberapa,anak2 kucing yg kuselamatkan tanpa tau si mami uming kemana...rindu teman2 di komp.BPD lamgugob...
 

  • Molly
    Aku tidak akan lupa punya sahabat seperti mu
    7 taon drimu tlah meninggalkan kami Ɣğ tlah dekat dgn mu sbg kluarga.
    Bencana Ɣğ merenggut nyawa mu tidak akan bs m'hapus kenangan qt bersama2.
    Tenang & damai kau telah mendahului kami.
    Sahabat mu اِنْ شَآ ءَ اللَّهُ sllu mgirim do'ά untuk mu sllu.

    • Mizz u aLL....7 Years Ago "TSUNAMI ATJEH".....:(
       

      • Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Syuhada' (orang-orang yang mati syahid) ada lima. Wafat karena wabah, wafat karena penyakit di perut, wafat karena tenggelam, wafat karena tertindih/ tertimpa bangunan, wafat karena perang di jalan Allah. (HR Bukhari dan Muslim)

        26 desember 2004
        26 desember 2011
        Mengenang 7 tahun tsunami Aceh.
        Di balik cobaan/ujian ALLAH, انشـــــاءَ اللّهُ ª∂a̲̅ hikmah nya..
         

        • Teringat kembali kejadian 7thn silam,di pagi yg cerah nan suram saat tsunami memporak porandakan Aceh yg membawa saudara2ku pergi dan tak kan pernah kembali... Semoga mereka selalu mendapatkan tempat yg damai di sisi Mu Ya Allah!!!


          dear all my frenzzz who lost their family in tsunami 7 years ago, please always pray 4 them,. N make it to be a positive way to enhance ur habit in the future.. Keep Strong in ur life.. Esp for my family(lampulo' s family), my best frens kvirna n bang mulyagus n all the people..
           

          Kepada mereka yg sdh pergi hari ini tujuh tahun lalu, hanya yg baik-2 saja yg mesti kita kenang, kita doakan semoga mereka mendpt syurga jannah. Akan halnya kita yg masih diberi kesempatan utk hidup, mari kita jalani kehidupan sbg mana mereka dulu menginginkan kita menjalaninya; menjadi ayah ibu, suami istri, anak cucu, tetangga yg baik, tdk hidup dg mimpi buruk masa lalu, tak perlu mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi ke dalam perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, air mata ke dalam kelopak mata. Kita mesti hidup utk masa depan! Jangan mengabaikan masa depan karena sibuk mengurus masa lalu.


          Hari ini Peringatan 7 Tahun Tsunami Aceh .. Gw bingung harus gimana karena gw ga ngerasain .. Gw berdoa aja semoga Aceh jadi lebih baik!!
           

          Mengenang Tsunami Terima Kasih Kawan! Senin, 26 Desember 2011 15:43 WIB Terima Kasih
          Kawan ! MINGGU pagi, 26 Desember 2004 tujuh tahun yang lalu masih
          begitu segar dalam ingatan
          semua orang termasuk saya.
          Kala itu saya masih duduk di
          semester empat FKIP Unsyiah.
          Untuk mahasiswa tentunya hari Minggu merupakan hari
          bebas tugas belajar. Setelah shalat Shubuh, saya
          bergegas menuju tempat tidur
          untuk kembali merebahkan
          tubuh karena masih merasa
          mengantuk. Tetapi beberapa
          saat kemudian rasa kantuk itu hilang secara tiba-tiba,
          kemudian saya mencoba
          menghidupkan salah satu
          saluran radio yang bernuansa
          lagu-lagu aneuk nangroe
          sembari mengharap bisa memecamkan mata kembali
          dengan melewati senja dipagi
          yang cerah itu. Namun rasa
          kantuk itu juga tidak datang
          untuk kesekian kalinya. Hanyut dengan simponi lagu-
          lagu aneuk nanggroe, tiba-tiba
          ranjang saya bergoyang dan
          lampu penerang kamar
          berayun dengan sendirinya dan
          spontan saya berteriak….gempa….gempa…….dengan
          reflek teman saya yang
          sekamar terbangun dan kami
          berlari keluar rumah
          menyelamatkan diri. Gempa terus bergoyang dan
          berayun tanpa arah, kami
          duduk beralaskan tanah
          dengan tidak berhentinya
          mengucapakan Asma Allah.
          Tiba-tiba seorang tetangga berteriak untuk menjauh dari
          depan kos karena ada pohon
          mangga besar yang
          dikhawatirkan akan tumbang
          ke arah kami karena kerasnya
          goyangan gempa. Tanpa dikomandoi oleh teman-teman
          yang lain kami berlari ke
          lapangan, yang kebetulan tidak
          jauh dari rumah kos kami yang
          beralamat Di Desa Tanjung
          selamat No. 13 Darussalam. Kami sekosan semuanya
          berasal dari berbagai daerah,
          Saya sendiri berasal dari Idi
          Rayeuk Aceh Timur, Fahri
          berasal dari Panga Aceh Jaya
          terakhir bekerja di KUA Aceh Jaya, Juhri dan Mujahiddin
          berasal dari Bambi Sigli, Hilmi
          Wilminar berasal dari Panton
          Labu Labu terakhir menjadi
          salah satu guru SMA di Aceh
          Utara, Syaubari berasal Tijue Sigli, Memet Rijal berasal dari
          Tangse Sigli terakhir bekerja Di
          Kantor Gubernur Aceh,
          Jafaruddin berasal dari
          Meureudu terakhir menjadi
          pengusaha muda sukses di daerah tinggalnya dan Alm.
          Reza Sadri Hs
          (Allahummaghfirlahum
          warhamhum wa’afihim
          wa’fuanhum) berasal dari
          Lueng Putu Pidie Jaya terakhir berada di Lam Pulo saat terjadi
          tsunami. Setelah gempa berhenti, saya
          dan teman-teman yang lain
          merasakan pening dan berayun
          dalam perjalanan menuju
          kemabli ketempat kost, di
          teras rumah saya dan teman- teman beristirahat sejenak dan
          belum berani memasuki rumah
          karena gempa sesekali masih
          terjadi. Beberapa saat saya berada di
          luar rumah, tiba-tiba jalan di
          depan rumah saya berlarian
          orang-orang dengan
          meneriakan ie laot ka di ek……
          ie laot ka di ek!……muncul dalam pikiran saya hal yang
          tidak mungkin terjadi dan
          belum pernah saya dengar
          sebelumnya. Dengan cepat
          saya dan teman lainya masuk
          kedalam rumah untuk mengambil barang-barang
          yang bisa diselamatkan, dalam
          keadaan yang panik sempat
          terlintas dalam pikiran untuk
          hanya menyelamatkan ijazah
          saya dari SD, SMP dan SMA yang saya simpan dalan satu bundel. Saya dan teman yang lainnya
          secepat kilat berlarian dengan
          menyelamatkan diri ke Masjid
          Jami Kampus Darussalam
          dengan berpesan ke teman
          yang satu ke teman yang lainnya agar berhati-hati dan
          kalau sudah sampai di Masjid
          untuk bisa berkumpul kembali
          bersama teman-teman kos. Di dalam pelarian menuju ke
          masjid, saya sempat melirik
          kekiri dan kekanan melihat
          orang-orang menangis baik itu
          wanita, anak-anak, dan bayi
          dalam gendongan Ibunya, terbesit dalam pikiran saya
          inilah hari terakhir dunia ini. Di Masjid Kampus Darusslam
          suara Yassin menggema dan
          asma Allah membahana
          melalui microfon membuat hati
          saya menciut dan akhirnya
          meneteskan air mata bersama masyarakat lainya yang
          berkumpul di masjid tersebut,
          dengan masih berspekulasi
          bahwa inilah hari terakhir
          dunia ini. Sekitar jam 09:00 pagi, saya
          mulai mencari teman yang
          lainya si sekeliling masjid dan
          Alhamdulillah Kami berkumpul
          kembali si areal seputaran
          masjid dengan perasaan saling mengkhawatirkan dan
          mencemaskan keluarga
          masing-masing di kampung
          halaman. Saya dan teman
          yang lainya pada saat itu bagai
          satu keluarga dengan saling memperingati, menjaga dan
          melindungi antara satu sama
          lain agar tidak terpisah,
          diantara teman yang lainya
          saya, Fahri dan Mujahidin yang
          muda sementara yang lainnya lebih tua dari kami. Setelah beberapa saat kami
          berkumpul, beberapa teman
          yang lainya mencarikan
          makanan, kebetulan saya dan
          lainnya belum sarapan pagi.
          Sekembali mereka dibawakan beberapa bungkus Mi Instan
          dengan satu botol air mineral,
          mulailah saya dan teman
          lainya menyantap Mi Instan
          Mentah dengan cara menggilir
          setiap perbungkus begitu juga denga air mineral, kami bagi
          beberapa teguk untuk setiap
          orang. Nah, di sinilah muncul
          lagi kekeluargaan itu dengan
          ikatan emosional yang sangat
          tinggi antara satu sama lain dan kenangan itu masih begitu
          berbekas dalam memori
          ingatan saya. Jam telah menunjukan pukul
          10:00, orang-orang mulai
          mengusung jenasah korban-
          korban tsunami kepekarangan
          mesjid dan Perpustakaan
          Unsyiah, dalam benak saya, bagaimana sebenarnya air laut
          itu naik kedarat bisa
          mematikan manusia. Pada saat
          itu saya belum memiliki
          gambaran mengenai
          dahsyatnya air bah yang hitam pekat itu. Mayat-mayat terus bertambah
          di sekeliling masjid sampai
          dengan sore hari, saya melihat
          tim SAR begitu sibuk saat itu. Saya dan teman lainya
          menginap semalam di masjid
          kampus dengan berharap
          besok bisa melihat mentari
          pagi. Tepatnya Senin pagi kala
          itu, Saya dan teman lainya akan kembali ke kampung
          halaman masing-masing.
          Walaupun transportasi saat itu
          masih lumpuh. Akhirnya saya
          dan teman lainya berpisah
          dengan penuh keharuan dan di akhir pertemuan tersebut
          untuk saling mengabari bila
          sudah di kampung halaman
          masing-masing. Terima kasih
          teman-teman. Bandung, 26 Desember 2011
          Juanda, Mahasiswa
          Pascasarjana Universitas
          Pendidikan Indonesia,
          Bandung
           
           
           
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please... komentarnya dikit dunk..^_^ thanx..